Selasa, 17 Desember 2013

Sapuan Angin Dahsyat Menegangkan

Hampir seharian suasana Kawasan Dalam Obyek Wisata Waduk Darma sepi. Kalaupun ada pengunjung yang datang hanya beberapa orang saja. Hal ini bisa dimaklumi karena akhir-akhir ini cuaca di wilayah Kabupaten Kuningan, khususnya di wilayah Kawasan Wisata yang berada di Kecamatan Darma, kurang mendukung untuk berlama-lama santai menikmati indahnya alam di Kawasan Wisata tersebut.

Bagi para Fotografer, situasi cuaca seperti itu tentunya sangat berpengaruh. Aktivitas sejak pagi hingga sore hanya jalan dan duduk berpindah-pindah dari bangku yang satu ke bangku yang lainya, diselingi obrolan atau kelakar dengan pelaku usaha lainnya sebagai pengusir kejenuhan. Ada pula yang seolah termenung menerawang jauh memperhatikan tepian alam Waduk Darma. Perubahan alam terutama cuaca, akhir-akhir ini susah diprediksi dan tidak bisa ditebak-tebak. Sesuatu yang bakal terjadi setelah saat ini, merupakan hal misterius bagi kebanyakan manusia. Dulu, setiap bulan Masehi berakhiran "ber" bisa dipastikan sebagai bulan musim penghujan. Pengetahuan itu merupakan warisan tak bisa dilupakan dari Guru Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Sekarang, ketentuan atau perhitungan dari sang Guru sudah tidak tepat lagi dan cenderung tidak berlaku.

Suara bergemuruh diiringi suara dahan pepohonan yang patah karena saling beradu membuyarkan renungan seorang Fotografer bernama Ndut Nurjaman. Dia menceritakan suara dahsyat itu datang dari sekitaran daerah Cipasung, tepian jauh yang berseberangan dengan Kawasan Wisata Waduk Darma. Tepatnya arah barat-selatan dari Kawasan Wisata tempat dimana Nurjaman duduk. Belum juga sempat berpikir tentang penyebab sumber suara, Nurjaman menerangkan, "Sebuah benda berwujud kerucut raksasa tiba-tiba muncul dari perairan Waduk Darma berputar bagaikan gasing. Ukurannya semakin membesar dan tinggi bergerak maju meliuk-liuk".

Yang membuat tegang bagi Nurjaman dan orang-orang di sekitarnya saat menyaksikan munculnya wujud tersebut, seorang Penduduk Pencari Ikan menggunakan rakit kecil dan lajunya dengan kekuatan layar sederhana berada tepat di sasaran kerucut air raksasa. Bahaya akan menimpa sang Pencari Ikan sudah ada dalam bayangan Nurjaman. Pandangannya seolah tak berkedip senantiasa tertuju pada sang Pencari Ikan sambil tangannya refleks membuka kamera. Pikir Nurjaman, bagaimana pun hasil gambarnya, yang penting moment langka tersebut bisa diabadikan.

Dalam situasi tersebut ada yang aneh bagi Nurjaman. Seharusnya Pencari Ikan itu cari aman, tertelungkup merapat ke rakitnya atau bagaimana caranya agar terhindar dari sapuan angin dahsyat yang datang. Namun sebaliknya, Pencari Ikan kelihatan segera berdiri sambil menelungkupkan tangan ke posisi telinganya, menghadap tepat, seraya menengadah ke gulungan benda putih tinggi besar. Sungguh diluar dugaan, semburan air yang menggasing itu sesaat setelah Pencari Ikan berdiri, arah gerakannya tiba-tiba membelok ke arah barat-utara menuju daratan Ciook. Sehubungan dengan keanehan tersebut, "Pencari Ikan itu rupanya mengumandangkan Adzan!" kata Nurjaman, menduga. Sampai berita ini diutarakan oleh Nurjaman, tak ada korban jiwa. Namun menurut cerita Tukang Es (Bah Suhud) dari daerah Bakom Kecamatan Darma yang biasa berjualan di Kawasan Wisata, melintasnya kekuatan angin dahsyat yang berputar ke daerah Ciook, sempat memporak-porandakan beberapa rumah.

IklanAsiN - ProductioN

Harta Karun Penghias Waduk Darma

Maraknya pencarian harta karun di negeri ini rupanya tidak pernah surut. Pergerakan dari Peminat harta tersebut walau tidak secara terang-terangan terpublikasikan oleh media massa, informasi dari mulut ke mulut akhirnya tersebar pula mencuat kepermukaan. Dari cerita yang menjalar, sudah cukup mengindikasikan bahwa, orang yang ingin mendapatkan harta karun masih banyak berkeliaran. Mereka berpetualang dalam satu kelompok ataupun perorangan menuju tempat-tempat atau orang yang sekiranya memiliki sesuatu yang dianggap harta karun; emas batangan, mata uang zaman dulu, batu antik, batu giok, bambu petuk (ruas bambu susun terbalik), bunga bambu, batik antik zaman dulu (zaman kerajaan), pedang pusaka, dll.

Seorang maniak harta-karun mengatakan bahwa, kalau kita berani meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam beberapa saat untuk mentafakuri alam, ternyata, di setiap tempat "harta-pusaka" yang istimewa itu ada. Termasuk di Waduk Darma dan sekitarnya, tempat-tempat yang erat kaitannya dengan sejarah Darma, Darmaloka, Kuwu Darma Pertama adalah Dalem Cageur, Pangeran Gencay (Korban Pertama perairan Waduk Darma di malam purnama) beberapa ratus tahun silam, tentu sangat banyak menyimpan harta-karunnya.

Pengertian harta-karun ternyata berbeda-beda dan sangatlah pribadi sifatnya, tergantung kepada siapa yang memiliki atau menggandrunginya. Selanjutnya soal "harta-karun" yang di maksud bisa jadi mahal dan bisa jadi tidak ada nilai apa-apanya bila disandarkan kepada siapa yang menilainya. Harta-karun bisa di istilahkan kepada benda khusus yang di miliki seseorang dan sebutan istimewa terhadap barang itupun hanya oleh orang yang memilikinya serta kelompok tertentu saja.

Mahal dalam harga tergantung seberapa besar perasaan orang mengultuskan benda tersebut dan bahkan orang yang menganggap harta-karun pada "sesuatu" yang di milikinya terkadang suka di katakan orang bodoh oleh orang lain yang tidak tahu sejarah atau manfaat dari benda yang di sebut "harta-karun" itu. Contoh kasus, mari kita ambil dari seorang anak kecil, topi dan cokelat. Bagi orang lain, makanan cokelat kemasan istimewa jika dilihat dari nilai uang tentunya lebih mahal dan pada umumnya sangat di senangi anak-anak, sedangkan topi butut yang dekil merupakan barang yang murah. Namun bagi si anak, topi hasil rajutan ibunya dan sejarah yang terkait dengan topi tersebut merupakan sesuatu yang mahal tak ternilai harganya sampai-sampai anak tersebut mempertahankan topi dan tidak mau ditukar dengan cokelat.

Kesimpulan tentang pengertian "harta-karun" untuk sementara ini, mari kita sepakati bahwa harta tersebut merupakan suatu barang atau benda yang sangat mahal hingga tak ternilai harganya, khusus bagi pribadi seseorang atau kelompok yang memiliki dan atau bagi orang yang sama-sama menyenanginya. Kecuali orang-orang tersebut dalam kelompok maniak harta-karun, tak ada lagi istilah yang harus di kultuskan melainkan hanya satu Dzat, yaitu Dzat Maha Pencipta, Pencipta Alam Semesta dan seisinya yang pantas dikultuskan. Kita boleh cinta sesuatu yang dianggap harta-karun dan segala keindahan serta kelebihannya, namun jangan sampai membelokkan kita dari kecintaan dan kewajiban selaku makhluk terhadap Kholiq-Nya.

Harta-karun Penghias Waduk Darma yang telah banyak memberikan manfaat sebagai jalan lancarnya rezeki bagi kelompok tertentu sudah ada sebelum Waduk terbentuk. Gudang harta-karun dimaksud adalah Gunung Gegerbeas (Gunung Pabeasan). Bagi Kelompok Fotografer Wisata, Gunung Gegerbeas merupakan Gunung harta karun. Karena keberadaan Gunung tersebut, banyak pengunjung wisata Waduk Darma telah mengabadikan kunjungannya dengan latar belakang panorama alam yang banyak kemiripan dengan tempat wisata lain, katanya. Bahkan ada beberapa kelompok pengunjung yang berhasil mengabadikan kenangan berlatar belakang pemandangan Gunung Gegerbeas dalam cetakan fotonya ingin di imbuhi keterangan dengan nama lokasi wisata lain, menggantikan kalimat Kawasan Wisata Waduk Darma yang sudah menjadi keterangan baku versi Fotografer Wisata Darma.

Kecuali Fotografer Wisata Waduk Darma, Pemilik tanah di Gunung Gegerbeas merupakan orang yang bisa dibilang mumpuni dengan harta karun karena berdirinya Gunung tersebut seolah-olah terbentuk dari susunan lempeng bebatuan hasil karya manusia yang cukup produktif dan berdaya jual tinggi. Bebatuan yang tersusun menggunung di Gunung Gegerbeas ibarat candi tertimbun tanah. Namun kalau batu-batu tersebut digali, diangkat dan dijual, apa yang bakal terjadi di kemudian hari? Tentunya bencana alam akan menimpa. Angin barat yang dahsyat bakal leluasa tanpa adanya penghalang lagi. Sumber air pun akan jadi musnah, dan begitu pula keindahan alam yang menjadi dambaan bakal menghilang. Harta karun penghias Waduk Darma memang bisa dinikmati dan senantiasa bermanfaat untuk lingkungan jika keberadaannya tetap lestari, utuh tidak terusik, menjulang indah di sebelah timur hamparan perairan Waduk Darma.


IklanAsiN - ProductioN

Pasang-Surut Waduk Darma Menjanjikan

Kepala sama berambut namun pikiran berbeda-beda. Tentunya, cara dan sudut pandangpun bisa berbeda walau fokus kita sama, misalnya tentang Waduk Darma meliputi Kawasan Wisatanya. Cerita dan penilaian seseorang terhadap tempat tersebut bisa bervariasi, tergantung suasana perasaan hati: iri, keki, dendam, benci, kecewa, atau suka. Dari rasa yang sebenarnya ditujukan kepada manusia (seseorang atau golongan), akhirnya alam indah Waduk Darma yang tidak berdosa terkena imbasnya. Sebuah contoh kecil: "Wah, ngapain main ke Waduk Darma, Obyek Wisata jelek kagak ada apa-apanya!" celoteh seseorang dengan ketus.

Coba kita cermati kalimat umpatan semacam tadi, yang jelek itu apanya, atau siapa…? Ternyata setelah ditelusuri kenapa seseorang berkata demikian, alasannya sederhana: Karena masuk lokasi Wisata Waduk Darma harus bayar tiket. Sementara di lain pihak, ada yang merasa tarif nginap di Villa kemahalan tidak seimbang dengan fasilitas yang tersedia buat konsumen. Hanya karena itulah di antaranya, Kawasan Wisata yang lugu tak berbuat ulah, harus kena getahnya: "Dikata-katain jelek dan segala macamnya".

Terlepas dari semua itu, mari kita tengok sebagian kecil hikmah dari alam Waduk Darma. Pasang dan surut perairan Bendungan di Wilayah Barat Daya Kuningan ini, bagi orang-orang yang kreatif dan kritis dalam cara pandang serta pemikiran untuk tetap maju guna mempertahankan diri menjalani kehidupan, sungguh banyak manfaat yang akan didapat. Intinya, sebagai manusia yang berakal, jangan memaksa alam dengan segala cara harus berubah setiap saat mengikuti kehendak kita. Pekerjaan itu akan sulit dan hanya membuat susah yang berkepanjangan. Alangkah bijak, kita sebagai manusia harus berusaha menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan alam. Jika prilaku tersebut dapat dilaksanakan, maka akan mencuatlah kalimat mutiara, "Berbahagialah bagi orang-orang yang bisa menempatkan diri (beradaptasi) dengan alam dan lingkungan di sekitarnya".

Kaitannya dengan Waduk Darma, sebagaimana telah kita maklumi, bahwa fungsi tempat tersebut adalah penampung air dan merupakan sumber pengairan buatan manusia terbesar di Kabupaten Kuningan. Pasang dan surutnya volume air di Waduk Darma sudah menjadi kebiasaan, jangan aneh. Orang yang jeli terhadap kondisi tersebut, mereka cepat tanggap dan segera muncul ide cerahnya guna beradaptasi. Bila volume air Waduk Darma penuh, kegiatan apa yang cocok dilakukan dan menyenangkan (mendatangkan penghasilan). Serta bila volume airnya surut sampai mengering berbulan-bulan, aktivitas apa yang harus dikerjakan di atas lahan tersebut agar bisa menghidupi. Begitulah kurang lebihnya pemikiran orang-orang yang kreatif untuk beradaptasi dengan alam sesuai kemampuan dan keahlian masing-masing.

Seorang demonstrasi penunggang Zet Sky yang terabadikan oleh Fotografer Wisata Waduk Darma, ini merupakan satu contoh aktivitas yang jelas-jelas disesuaikan dengan kondisi perairan Waduk Darma dan rupanya atraksi tersebut adalah kesenangan dari orang yang sering berkunjung atau sebelumnya, penggemar Zet Sky itu telah mengetahui kondisi alam lingkungan di Kawasan Wisata Air terluas Kabupaten Kuningan sehingga, usaha membawa mainan kesayangannya tidaklah sia-sia, karena tepat pada waktu itu keberadaan Waduk Darma volume airnya cukup mendukung bagi permainan Zet Sky.

Rentetan aksi kebut-kebutan di perairan Kawasan Wisata merupakan kegiatan yang kesekian kalinya dilakukan oleh pengunjung. Tidak menutup kemungkinan, aktivitas tersebut bisa menjadi perhatian pengembang kreatif sebagai cikal-bakal, dasar kajian untuk membuat konsep penataan Kawasan Wisata Air yang menjanjikan di masa mendatang.

Dalam kondisi lain, bila keadaan Waduk Darma mengering berbulan-bulan, keadaan itu pula cukup menjanjikan bagi masyarakat setempat yang kreatif, gemar bercocok tanam palawija, menanam jagung misalnya. Atau menanam tanaman palawija yang cenderung berumur pendek, bisa dipanen dalam waktu beberapa bulan seperti halnya kacang tanah serta kacang panjang. Becocok tanam di lahan tersebut hasilnya cukup menjanjikan juga karena memang kalau Waduk Darma mengering, keadaan tanahnya cukup subur dan gembur. Jadi, jika lahan itu tidak dimanfaatkan, maka akan mubadzir tidak terpelihara, dipenuhi rerumputan semak belukar yang sudah barang tentu akan mengganggu Kawasan Wisata Air dan lebih sulit penyiangannya menjelang musim penghujan tiba.

IklanAsiN - ProductioN

Waduk Darma Surut Cukup Menakjubkan

Waduk Darma surut menciptakan keindahan dan daya tarik tersendiri, menjadi pusat perhatian massa yang peduli dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kawasan Wisata Air terluas di Kabupaten Kuningan yang sudah mulai terbiasa dengan sebutan nama Wisata Darma, tiada lain adalah merupakan sumber penampungan air buatan untuk berbagai macam keperluan. Saat ini, volume airnya surut dan mulai kekeringan. Setiap musim kemarau panjang, fungsi Waduk Darma sebagai sumber air akan berbicara dan di bicarakan karena bagaimanapun juga aliran airnya sangat di dambakan untuk kehidupan, khususnya bagi sebagian masyarakat Kabupaten Kuningan. Maka wajarlah jika datang musim kemarau panjang keadaan airnya terus berkurang bahkan sampai pernah kekeringan melebihi seumur jagung lamanya.

Waduk Darma surut, sesungguhnya sangat menakjubkan dan menarik perhatian. Akibat volume air terus menyusut, banyak keindahan alam yang muncul membentuk daratan menyerupai pulau-pulau kecil di tengah kawasan Waduk Darma. Kecuali di tengah tempat tersebut, keindahan lain muncul di pinggir perairan Waduk Darma berupa kelokan tanah-tanah yang kekeringan, bisa ditanami palawija. Keadaan seperti itu cukup menakjubkan karena merupakan pemandangan langka terjadi. Sudah barang tentu bagi orang-orang luar Jagara dan Wilayah Kecamatan Darma, yang hanya tahu sepintas ketika permukaan air penuh-subur sampai batas dermaga, kedangkalan Waduk Darma sangat menarik perhatian, memancing pengunjung mengucap kalimat: "Oh, ternyata..."

Memang tidak dapat dipungkiri lagi, surutnya Waduk Darma sampai mengering sebagian, membangkitkan rasa penasaran pengunjung untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya permukaan tanah yang menjadi dasar Waduk Darma. Kecuali orang yang mencintai keindahan, ternyata, binatang pun cukup tertarik dengan kondisi surutnya Waduk Darma. Sebagai bukti, burung yang sudah dianggap langka populasinya, berdatangan mencari mangsa. Burung dimaksud adalah Bangau. Bagi Anak jaman sekarang, apalagi anak orang kota, belum tentu tahu bagaimana wujud burung Bangau yang bebas berkeliaran, bergerombol mencari mangsa. Atau bagaimana rupanya burung Kuntul (sebangsa burung Bangau berbulu putih, Bangau juga belum tahu ya, kecuali dalam lagu) dan juga burung Blekok (mirip Bangau tapi kecil ada yang berwarna putih, putih kekuning-kuningan) itupun banyak orang yang tidak mengenalnya dan merasa aneh ketika melihat banyak bertebaran di lahan kering Waduk Darma. Semua burung-burung tersebut senantiasa datang ketika Waduk Darma mengalami kekeringan. Tentu saja, aktivitas burung langka punya daya tarik tersendiri pula dan merupakan pemandangan yang jarang dijumpai di tempat wisata lain, terutama di Wilayah Kabupaten Kuningan.

Kecuali menakjubkan, Waduk Darma surut ternyata tidak luput dari perhatian berbagai pihak juga. Pertama, masyarakat yang gemar bercocok tanam palawija. Kedua, Insan Fotografi yang jeli dan kreatif. Ketiga Komunitas Pecinta Offroad. Keempat adalah pihak yang agresif, peduli dengan kondisi pasang-surut Waduk Darma. Mereka adalah pihak Media Massa. Seperti beberapa hari yang lalu, lewat dari tengah hari, seorang Pewarta datang menemui Manager Unit Wisata Darma, Andang Koswara. Ternyata, Pewarta itu tertarik juga oleh situasi Waduk Darma yang mengering dan ketika menemui pihak Pengelola Wisata, Beliau meminta konfirmasi tentang sejauh mana pengaruh Waduk Darma surut terhadap jumlah pengunjung wisata yang cenderung menurun akhir-akhir ini. Apakah berkurangnya pengunjung wisata akibat dari mengeringnya Waduk Darma? Manager Unit Obyek Wisata Darma, Andang Koswara, dengan bijak menyatakan: "Surutnya volume air Waduk Darma tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah pengunjung". Andang menambahkan, "Yang jelas, naik turunnya jumlah pengunjung wisata ke Waduk Darma sangat berkaitan dengan hari libur, hari Minggu, atau hari libur nasional".

Begitulah kenyataannya, di setiap tempat wisata, jumlah kunjungan akan terpengaruh oleh adanya hari libur, termasuk di Kawasan Wisata Waduk Darma ini. Soal surut airnya sampai kekeringan, keadaan tersebut tidak bisa jadi factor penyebab berkurangnya jumlah pengunjung akhir-akhir ini. Justru, Waduk Darma surut, sebetulnya cenderung meningkatkan Daya tarik Wisata Darma karena, kenyataan yang ada, lahan bermain dan tempat perkemahan untuk kegiatan Pramuka dan kegiatan lainnya jadi bertambah. Kendaraan bermotor pun bisa masuk walau sebetulnya, "Kami tidak mengizinkan", jelas Andang. Di sisi lain, untuk setting lokasi foto pre wedding (pranikah) pun, keindahan seni fotografi dari tanah dasar Waduk Darma yang mengering itu sangat menakjubkan.

Singkat kata, dengan surutnya Waduk Darma, banyak dijumpai pemandangan langka, suatu keindahan alam yang diikuti timbulnya flora dan fauna, sangat menakjubkan untuk di tafakuri. Satu hal yang belum nampak pemanfaatannya oleh masyarakat dari kekayaan air Waduk Darma adalah Kijing (sejenis siput air). Untuk jenis ini, Waduk Darma bisa dikatakan gudangnya. Populasi Kijing di dasar Waduk Darma cukup menakjubkan jumlahnya. Hanya orang-orang tertentu dari luar kota saja yang sering memanfaatkan Kijing Waduk Darma.

IklanAsiN - ProductioN

Kamis, 12 Desember 2013

Antara Waduk Darma dan Talagaremis

Perjalanan dari kawasan wisata Waduk Darma menuju Talagaremis akan melewati beberapa lokasi wisata yang merupakan kebanggaan Kabupaten Kuningan di Jawa Barat. Antara Waduk Darma dan Talagaremis saat ini terdapat beberapa kesamaan walau pada kenyataan alamnya sangat jauh berbeda. Kesamaan antara Waduk Darma dan Talagaremis, kedua tempat tersebut merupakan kawasan wisata yang terbilang luas wilayah perairannya dan sama pengelolanya, yaitu Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Kabupaten Kuningan. Waduk Darma dan Talagaremis merupakan obyek wisata yang sama-sama paling ujung. Waduk Darma berada di ujung barat daya, sedangkan Talagaremis berada di daerah utara kota Kabupaten Kuningan.

Gaung nama Talagaremis menyebar di Tatar Parahyangan bersenyawa dengan irama musik Pop Sunda. Bahkan orang banyak tahu tempat wisata tersebut gara-gara mendengar alunan lagunya yang memang mengena, terutama di telinga masyarakat Jawa Barat. Akan tetapi, kebanyakan, walau sampai hafal dan mampu melantunkan lagunya, tempat asli Talagaremis, orang yang menyenangi lagu tersebut belum tentu mengetahui bagaimana kondisi alamnya. Talagaremis masih lugu dan sangat alami karena memang tempat tersebut merupakan wilayah Taman Nasional. Sesuatu yang berhubungan dengan kekayaan alam, terutama tumbuhan, tidak sembarangan orang menyentuhnya. Peraturannya ketat dan sangat ketat pula dalam menjalankannya.

Kalau memperhatikan cerita pengelola wisata yang sedang berjalan atau pengelola yang sudah dipindah-tugaskan, nampaknya, ada dua kekuatan yang saling bertolak belakang. Contoh kasus yang disampaikan dua orang pengelola dari pihak yang berbeda, mereka sama mendapatkan kesulitan untuk bergerak di bidang wisata manakala harus berurusan dengan pepohonan. Ada pohon tumbang karena kekuatan alam, hujan dan angin kencang, pengelola wisata tidak bisa menanganinya. Masih mendingan kalau tumbangnya suatu pohon tidak jatuh ke lokasi jalur Pejalan kaki. Namun, jika pohon tumbang sudah menghalangi jalur pengunjung wisata, Pengelola Wisata Talagaremis tidak bisa berbuat banyak karena urusannya bertabrakan dengan kekuatan peraturan Taman Nasional.

Waduk Darma pun sama, Kawasan Wisatanya merupakan wilayah tanam kehutanan Kabupaten Kuningan. Namun di Kawasan Wisata Waduk Darma tidak seketat di Talagaremis. Soal kayu tumbang, jika mengganggu terhadap keindahan dan kenyamanan wisata, masih bisa ditangani. Intinya, koordinasi tetap berjalan dan tembus kepada pihak yang erat kaitan dengan pepohonan yang dimaksud. Sekeras dan seketat apapun peraturan yang diciptakan manusia untuk melestarikan alam, jika duduk perkara serta maksud dan tujuannya dibicarakan dengan baik serta saling menghargai keberadaan pelaksanaannya, "Saya kira bisa diselesaikan!" celoteh seorang pengunjung yang sama-sama mendengar keterangan tersebut. Diam-diam, rupanya pengunjung nguping pembicaraan kami. Begitulah di Talagaremis sampai saat ini, dan harus tetap begitu untuk melestarikan kekayaan alam yang sudah langka. Mudah-mudahan masyarakat luas menjadi maklum bahwa, Talagaremis bukan total Kawasan Wisata sehingga, jika berkunjung ke tempat itu, tidak boleh sembarangan menyentuh pepohonan.

Talagaremis merupakan Kawasan Wisata yang dikembang PDAU. Menurut beberapa media pemberitaan saat ini, Talagaremis memiliki Kolam Renang cantik. Hanya sayang, Cantiknya Kolam Renang yang diurai dalam sebuah media online, tidak diperkuat oleh gambar obyektif. "Sehingga, kami penasaran dan ingin membuktikan cerita itu", ujar Uba Rusmana, ketua Fotografer Wisata Waduk Darma yang diamini oleh Oyon Sofyan, anggotanya.

Akses ke Wisata Talagaremis sangat jauh dari jalan Provinsi dan kecil jalur masuknya sehingga para pengemudi kendaraan dari arah Kota Kabupaten Kuningan harus ekstra hati-hati bila berpapasan di jalur masuk Kawasan Wisatanya. Untuk lebih aman, salah satu kendaraan roda enam yang berlawanan arah harus menyamping dan berhenti sejenak guna memberi jalan kepada kendaraan lainnya. Informasi tambahan dari Manager Unit Wisata Talagaremis, Adam Firdaus ketika dikonfirmasi, Beliau menerangkan "Justru kalau dari Wilayah Cirebon dan Kabupaten Majalengka, akses ke Talagaremis sangat mudah karena dekat ke jalan besar, jalan raya daerah Kramat, Cirebon". Adam menambahkan, "Untuk menuju Jalan Tol membutuhkan waktu sekitar 30 menit, ke bengkel motor hanya cukup 5 menit, ke bengkel mobil 15 menit, ke ATM dan Bank 10 menit, ke Pusat Kota Kabupaten Sumber sekitar 15 menit. Harga Tiket Masuk (HTM) yang berlaku saat ini Rp 8000,-"


Kalau anda rekreasi ingin menikmati alam indah Talagaremis, mengingat keterangan dari Adam sebagai Manager Unit Wisata ternyata, ke fasilitas umum cukup membutuhkan waktu, maka bagaimanapun juga, kondisi kendaraan dan bahan bakar harus stabil, maklum alam indah dimaksud ada di pedalaman. Lain halnya dengan Wisata Darma. Akses masuk Kawasan Wisata Waduk Darma langsung dari jalan Provinsi. Kesulitan kendaraan roda enam dari arah Kota Kuningan ketika memasuki Talagaremis, tentunya tidak akan ditemui jika memasuki Kawasan Wisata Darma. Itulah sekilas gambaran perbedaannya. Kendati demikian, situasi alam segar tempat tumbuhnya pepohonan hijau yang menjulang tinggi, suara merdu burung-burung langka dan sumber air bersih yang mengalir tiada henti dalam jumlah besar, merupakan keindahan tersendiri yang mahal nilainya. Karena itu, kelestariannya harus tetap terjaga. Selamat berkunjung ke lokasi Wisata Kota Kuningan mulai dari Waduk Darma sampai Talagaremis.


IklanAsiN - ProductioN

Rabu, 11 Desember 2013

Obyek Wisata Waduk Darma di Kuningan

Bagi orang yang akan bepergian menggunakan jalur Ciamis-Cirebon atau sebaliknya, sudah bisa dipastikan akan melewati suatu tempat yang menjadi primadona Kabupaten Kuningan di sektor pariwisata. Ya, Waduk Darma. Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata dan Kebudayan (Disparbud) Kabupaten Kuningan dalam "Kuningan The Wonderful Nature and Culture", lokasi Waduk Darma berjarak + 47 km dari Kota Cirebon dan + 12 km ke arah barat daya dari Kota Kuningan. Lokasi tersebut termasuk berada di bawah kaki Gunung Ciremai, sekitar + 715 m di atas permukaan laut (dpl). Berhawa sejuk dan segar dengan kisaran temperatur 18-30 derajat celcius.

Di antara sekian banyak lokasi obyek wisata di Kabupaten Kuningan, Waduk Darma menduduki urutan pertama sebagai kawasan objek wisata air terluas. Klarifikasi tersebut diperkuat oleh pendapat Uba, warga Kampung Cikalong, RT 02/01 Desa Jagara Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan yang juga salah seorang pegawai (juru ukur) bawahan mantri ukur yang dipimpin oleh Muchlas sekitar tahun 1962-1964.

Menurut keterangan Uba, luas areal Waduk Darma mencapai + 472 ha. Luas tersebut meliputi delapan desa yakni Desa Sakerta Timur, Sakerta Barat, Paninggaran, Cipasung, Kawahmanuk, Cikupa, Darma dan Desa Jagara. Tetapi saat ini, mungkin karena adanya proses erosi dalam kurun waktu yang cukup lama, luas areal genangan air Waduk Darma hanya tinggal + 425 ha.

Uba menambahkan, di antara delapan desa, Desa Jagara yang terluas sebagai daerah genangan air Waduk Darma. Kendati demikian, luasnya areal salah satu desa yang menjadi lokasi genangan air waduk, tidak menjamin nama desa tersebut dijadikan nama sebuah waduk. Seperti nama Waduk Darma ini, kalau penamaan waduk ditinjau dari segi luas areal genangan air, antara Desa Jagara dan Desa Darma, justru Desa Jagara prioritas utama sebagai nama waduk.

Ketika disinggung kenapa nama waduk tidak mengikutkan kata Jagara, mungkin Pemerintah punya pertimbangan dan pandangan lain yang sangat mendasar menyangkut penamaan waduk tersebut dan demi kemajuan di masa mendatang, jelas Uba dengan lirih. Alasan nyata yang memang sangat bisa dimaklumi saat ini adalah adanya sumber air dengan debit air dominan serta mengalir secara kontinyu ke waduk berasal dari mata air Balong Darma yang sekarang lokasi tersebut berubah  nama menjadi Balong Keramat Darmaloka berlokasi di Desa Darma. Maka wajar apabila nama waduk adalah Waduk Darma, papar Uba sambil tertawa datar.

Seorang tokoh masyarakat  yang terlahir sekitar 92 tahun silam dan juga merupakan saksi sejarah terwujudnya Waduk Darma, Abah Sukaedi, beliau membeberkan sejarah yang erat kaitannya dengan Waduk Darma dimulai saat Belanda menancapkan kekuasaannya di Bumi Pertiwi ini. Menurut Abah Sukaedi, sekitar tahun 1932 bangsa Belanda mulai menyusun rencana. Menginjak tahun 1938, pembebasan tanah-tanah rakyat terus dilaksanakan. Namun berhubung tentara Jepang datang, pelaksanaan pembebasan tanah tersebut sempat tertunda. Hal ini bukan berarti tidak jadi. Buktinya, di tahun 1954, Presiden RI Pertama Ir. Soekarno turun tangan meneruskan rencana pembuatan waduk terebut.

Sejak tahun 1954 itulah sebagi pegawai, Abah larut dalam kesibukan. Mulai dari pengukuran tanah, mengatur anak buah (pekerja) hingga menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan guna membuat bendungan. "Itu semua Abah laksanakan", akunya bangga. Pengerjaan bendungan semasa Pemerintahan Soekarno berlangsung selama kurang-lebih tujuh tahun. Tepatnya tahun 1961, bendungan Waduk Darma diresmikan. Adapun tempat pelaksanaan gunting pita peresmiannya adalah di Cirebon, di Cangkol di mana kantor PU pengairan berada.

Masih menurut cerita Abah Sukaedi, seiring dengan tenggelamnya ratusan hektar tanah, ladang sumber mata pencaharian, kesedihanpun muncul mewarnai wajah para penduduk delapan desa yang telah mendarah-daging biasa menggarap tanah untuk menghidupi keluarganya. Sejak tanah-tanah lahan garapan mulai dibebaskan, sejak itu pula masyarakat dari delapan desa sudah dibikin kelabakan. Bayangkan saja, orang yang sudah bertahun-tahun secara turun-temurun terlena dan menikmati hasil-hasil pertanian dari tanah garapannya, tiba-tiba harus menghentikan kegiatannya tanpa menguasai suatu keahlian lain untuk bekal mencari nafkah, coba pikir. Pokonya, gelaplah rasanya dunia ini, tegas Abah Sukaedi.

Tidak berbeda dengan Abah Sukaedi, para penduduk dari desa yang lainpun merasakan hal serupa. Masa transisi ini terlalu berat sehingga membuat mereka tertekan. Apalagi ketika muncul instruksi harus bertransmigrasi, masyarakat semakin stres. Dengan berbagai macam cara (tanpa kekerasan), masyarakat bersama para Kiyai menyusun strategi untuk mengantisipasi terjadinya transmigrasi. Alhamdulillah, puji Sukaedi, upaya itu berhasil, lanjutnya gembira.

Pemerintah mengabulkan permohonan rakyatnya, yakni mengurungkan pelaksanaan transmigrasi bagi rakyat Jagara dan ketujuh desa lainnya. Masyarakat diberi kesempatan untuk menempati daratan, daerah pasisian di sekeliling Waduk Darma dengan catatan ikut menjaga kelestarian lingkungan demi terciptanya Waduk Darma sebagai sumber air yang sehat dan bersih (bebas pencemaran), berdampak positif sebagai lahan untuk menggali sumber kehidupan baru, khusus bagi masyarakat Kecamatan Darma, umumnya bagi masyarakat Kabupaten Kuningan dan sekitarnya.

Awalnya Kebun Pinus
Waduk Darma makin berkembang. Masyarakat yang hidup di pinggiran Waduk Darma pun mulai bisa beradaptasi serta mulai bisa mengambil manfaat dari keberadaan bendungan penampung air tersebut. Dari mulut ke mulut, cerita dan nama Waduk Darma terus menyebar, menimbulkan daya tarik serta menggugah rasa keingintahuan si Pendengar. Akhirnya, pada hari-hari tertentu banyak orang berdatangan walau sekedar untuk membuktikan kebenaran berita yang didengarnya. Saat itu, daratan di sekitar Waduk Darma masih berupa kebun pinus dan arealnya pun masih belum tertata, jelas Abah Sukaedi, akan tetapi, sekalipun keadaannya demikian, semakin hari jumlah para pengunjung semakin bertambah, lanjutnya.

Melihat celah adanya peluang emas yang bisa dimanfaatkan dari para pengunjung, para pemuda setempat berinisiatif mengadakan pungutan secara alakadarnya (sukarela) bagi orang-orang yang ingin masuk menikmati indahnya alam sekitar Kawasan Waduk Darma. Rutinitas kegiatan para pemuda tersebut rupanya menarik perhatian aparat Pemerintahan Desa Jagara. Maka atas izin pihak Kabupaten, Pemerintahan Desa Jagara saat itu sudah mempunyai sumber pendapatan Desa yang bisa dibilang cukup lumayan.

Kecuali pihak Desa, penduduk di lingkungan itupun, dengan cara usaha membuka warung-warung musiman, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan serta mulai dapat merasakan adanya suatu jalan kehidupan baru yang menjanjikan. Namun, setelah sekian lama pengelolaan tempat rekreasi oleh Pemerintahan Desa dikembangkan, Pemerintah Kabupaten, khususnya Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) saat itu, bekerja-sama dengan pihak PU Pengairan Waduk Darma, mengambil alih dan mengembangkan tempat rekreasi tersebut.

Perubahan-perubahan mulai nampak, kemajuan demi kemajuan mulai terwujud. Kebijakan-kebijakan Pemda Kabupaten Kuningan mulai berpihak kepada sektor pariwisata, hingga akhirnya di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayan (Disparbud) tempat rekreasi dimaksud disempurnakan istilah namanya menjadi Kawasan Obyek Wisata Waduk Darma seperti yang kita kenal saat ini dan pengelolaan serta pengembangannya sejak Januari 2012 dilanjutkan oleh Pihak PDAU.

IklanAsiN - ProductioN

Wahana Belajar, Wisata dan Tafakur

"Balong Keramat Darmaloka merupakan salah satu bukti sejarah peninggalan para Wali ketika menyebarkan Agama Islam. Balong Keramat tersebut terdiri dari: Balong Ageung, Balong Bangsal, Balong Beunteur, Bale Kambang dan Balong Sumber Air Cibinuang. Balong Keramat Darmaloka bisa ditempuh dengan jarak satu kilo meter dari Waduk Darma ke arah barat-selatan, tepatnya di Desa dan Kecamatan Darma. Balong Darmaloka yang dianggap kecil, pada kenyataannya berfungsi besar bagi kehidupan luas. Kecuali menjadi sumber air bagi masyarakat sekitarnya, Darmaloka merupakan sumber air bagi Waduk Darma. Darmaloka dijadikan tempat berdomisili terakhir sekaligus tempat peristirahatan Syeh Rama Irengan".

"Kecil jangan disangka tak berarti atau tak berfungsi. Disadari atau tidak, yang kecil (sedikit) justru itulah sesuatu hal yang malah menarik. Dan kalau tidak diperhatikan, yang kecil bisa jadi bahan penyakit. Karena sesungguhnya dari hal yang kecil, "kebesaran" akan tercipta", pendapat Totong Hidayat (sekarang Pelaksana Obyek Wisata Waduk Darma), cucu sang Kuncen (Juru Kunci) Balong Keramat Darmaloka, Wahyudin, melengkapi keterangan kakeknya.

Sebagai orang muda yang bakal meneruskan perjuangan leluhurnya, memelihara dan mengelola kelestarian alam Darmaloka, Totong berpendapat: "cerita Balong Keramat Darmaloka bisa dikategorikan kepada sebuah legenda. Alasannya tak ada bukti-bukti yang akurat untuk menguatkan unsur-unsur sejarah awal terjadinya Balong tersebut. Sampai saat ini", lanjut Totong "yang saya dapatkan hanyalah cerita dan cerita dari orangtua".

Terlepas dari pendapatnya, Totong seorang Pegawai PDAM Kuningan (2008) yang berkantor operasionalnya di sebelah timur Kawasan Obyek Wisata Waduk Darma, didampingi Wahyudin yang berusia sekitar 80 tahun lebih, memberi keterangan, "Darmaloka bisa ditempuh dengan jarak satu kilo meter dari Waduk Darma ke arah barat-selatan. Ketinggian tempat tersebut + 700 m di atas permukaan laut (dpl). Luas areal keseluruhan sekitar tiga 3 HA, meliputi daratan dan luas kolam yang dikelilingi pohon-pohon tropis tinggi besar, 700 meter persegi.

Lebih jauh Totong mengatakan, "Balong Darmaloka yang dianggap kecil, pada kenyataannya berfungsi besar bagi kehidupan luas. Kecuali menjadi sumber air bagi masyarakat sekitarnya, Darmaloka merupakan sumber air bagi Waduk Darma". Balong Keramat Darmaloka merupakan peninggalan para Wali ketika menyebarkan Agama Islam. Balong Keramat tersebut terdiri dari: Balong Ageung, Balong Bangsal, Balong Beunteur, Bale Kambang dan Balong Sumber Air Cibinuang.

Desa atau Kecamatan Darma tempat Balong Keramat Darmaloka berada, cerita Wahyudin, merupakan lokasi Balong ke-5 hasil karya Syeh Rama Irengan (Ireng-Ireng). Konon kata Juru Kunci untuk melengkapi usahanya dalam menyebarkan Agama Islam, dalam waktu hanya satu malam, Syeh Rama Irengan, dapat menyelesaikan pembuatan Balong sebanyak lima buah di lima lokasi yang berbeda. Pertama mulai dari daerah utara, yakni: Pasawahan (Talaga Remis). Selanjutnya menuju ke arah selatan, Balong Cibulan, Balong Dalem, Balong Cigugur, dan terakhir adalah Balong Keramat Darmaloka.

Darmaloka dijadikan tempat berdomisili terakhir sekaligus tempat peristirahatan Syeh Rama Irengan. Kini tempat tersebut dikelola oleh pihak Pemerintahan Desa Darma dan dijadikan lokasi tujuan wisata, sebagai sumber pendapatan Desa di bawah naungan Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan. Kisaran harga tiket untuk masuk kawasan obyek wisata tersebut, jelas Totong hanya Rp 2.000,- hingga Rp 3.000 rupiah.

Suatu hal yang menarik di lokasi Balong Keramat Darmaloka, selain sejuk dan menyegarkan suasana alamnya, pepohonan menjulang tinggi, permukaan tanah, mata air dan kolam berbunga teratai dengan bentuk dan warna yang khas, adalah bentuk bangunan Gapura (Pintu Gerbang) yang antik. Pemandangan tersebut, semuanya bisa membawa imajinasi masing-masing pengunjung ke suasana alam yang telah silam. Imajinasi yang penuh dengan rasa keingin tahuan tentang  bagaimana kisah kehidupan beberapa ratus tahun ke belakang (masa-masa yang belum tersentuh teknologi), namun Syeh Rama Irengan mampu menyelesaikan lima buah kolam dalam semalam. Itulah keajaiban Karya Sang Pencipta melalui makhluk-Nya (orang sholeh pilihan) yang patut kita renungkan (tafakuri) minimalnya ketika berkunjung di lokasi tersebut yakni: Balong Keramat Darmaloka.

IklanAsiN - ProductioN

Sekilas Tentang Waduk Darma

Waduk Darma merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Kuningan, hal ini dikarenakan Waduk Darma memiliki beberapa daya tarik wisata yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan, kepuasan serta ketenangan bagi para pengunjung yang datang untuk beristirahat dan menghilangkan kepenatan/kejenuhan setelah disibukan oleh aktivitas dan rutinitas keseharian.

Disamping keindahan pemandangan alam yang disuguhkan serta hawa sejuk yang bisa dirasakan sebagai daya tarik, Waduk Darma juga menyuguhkan agenda rutin wisata tahunan yang di isi dengan atraksi kesenian tradisional seperti: tradisi saptonan, lomba panahan tradisional, lomba rakit/perahu tradisional, goong renteng, gembyungan dan rudat. Semua itu merupakan daya tarik yang disuguhkan ditambah lagi dengan fasilitas–fasilitas seperti: Cottage/Bungalau, Motor boat/Perahu, Kids Playground, Gazebo/Gathering Point, Food Booth, Camping Ground dan Open Stage Performance, selain untuk berwisata Waduk Darma juga bisa digunakan sebagai tempat untuk mengadakan acara Gathering, Outing/Outbound bahkan bisa juga dipakai untuk resepsi pernikahan, dari daya tarik wisata serta fasilitas yang disuguhkan tidak ada salahnya jika objek wisata Waduk Darma dijadikan sebagai tujuan wisata di Kabupaten Kuningan.
 
Riwayat Singkat Pembangunan Waduk Darma
a. Tahun 1924:
Pemeriksaan pertama rencana pembangunan Waduk Darma oleh Ir. L. A. De Jench dari Jawatan Tambang.
b. Tahun 1929:
Desakan dari Direktur B.O.W (DPU) untuk dimulai penelitian.
c. Tahun 1930:
Jawatan Pertanian di Cirebon mengkalkulasi rencana biaya pembangunan Waduk Darma sekitar $ 1.500.000, akan tetapi pemerintah menganggap terlalu berat untuk pembangunannya maka dari itu sebagai konsekwensinya pemerintah menggandeng pihak swasta untuk menanggung sebagian biaya yang diperlukan dan pada saat itu ada satu Pabrik Gula yang bersedia membantu.
d. Tahun 1932 – 1936:
Diadakan penelitian geologi oleh A. Harting dan mengenai sifat tanah oleh Prof. Springer.
e. Tahun 1956 – 1957:
Penelitian mekanika tanah oleh L.P.M.A selanjutnya oleh Dirjen Pengairan (1957) memutuskan bahwa tipe bendungan yang akan dipakai adalah "Bendungan Rock Fill" dengan alat beton pada permukaannya dan perencanaan pembangunan dilakukan oleh PT. Gatori Bandung.
f. Tahun 1958 – 1962:
Pelaksanaan pembangunan Waduk Darma sampai selesai dan berfungsi.

Riwayat Singkat Asal Usul Waduk Darma
Keberadaan Waduk Darma pada masa para wali datang ke Darma sudah merupakan situ/danau kecil dan sebagian merupakan kawasan pesawahan dan pemukiman penduduk serta merupakan titik temu antara Desa Darma, Jagara, Sakerta, Paninggaran, Cipasung, Kawah Manuk dan Parung. Sawah terbentang dengan luasnya aliran sungai Cisanggarung meleok-leok dari selatan ke utara, burung bangau, burung kuntul datang berterbangan mencari ikan di petak-petak persawahan dan di rawa-rawa, gemericik suara air dan suara katak bersautan memecah keheningan daerah yang indah. Di sebelah timur tampak berdiri megahnya bukit Pabeasan, dan sebelah barat tampak pula bukit Panenjoan yang membatasi kawasan Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Majalengka. Di tengah-tengah Waduk Darma air meluap dari mata air Cihanyir, di sebelah utara tampak berdiri sosok keperkasaan Gunung Ciremai. Dikala para wali masih hidup Waduk Darma sudah di buat bendungan/situ yang cukup besar yang di buat oleh Mbah Satori (Mbah Dalem Cageur). Adapun air yang di pakai untuk mengairinya berasal dari mata air Cihanyir yang berada tepat di tengah Waduk Darma dan dari hulu sungai Cisanggarung.
 
Tujuan Mbah Dalem Cageur (Mbah Satori) membuat bendungan/Situ itu adalah untuk tempat bermain putranya yaitu Pangeran Gencay. Dan selain dari itu Mbah Dalem Cageur memiliki hobi memelihara ikan. Setelah selesai pembuatan situ Mbah Dalem Cageur lalu membuat sebuah perahu yang terbuat dari papan kayu jati dengan ukuran yang cukup besar, ukurannya menurut penduduk yang pernah melihat atau menginjak pada saat Waduk Darma dibobolkan pada tahun 1972 memperkirakan panjangnya 20X7 meter. Dimana perahu itu di buat untuk bermain-main anaknya (Pangeran Gencay). Saking girangnya Pangeran Gencay tidak siang, tidak malam ia bersama rekan-rekannya terus menaiki perahu itu. Sementara para penduduk menyaksikan di sekeliling Situ sambil menabuh berbagai gamelan. Dan konon tempat penduduk memainkan gamelan itu di beri nama "Muncul Goong". Takdir tak dapat di pungkiri, malang tak dapat dihadang, pada satu malam tepat pada saat Bulan Purnama Pangeran Gencay bersama para pengasuhnya yang sedang bersenang-senang menaiki perahu buatan Ayahnya karam/tenggelam di tengah-tengah situ. Jerit tangis dan ratapan tak dapat di tahan, kedukaan Mbah Dalem Cageur tak dapat di lukiskan, sehingga saking kecewanya, maka situ itu atas perintah Mbah Dalem Cageur harus dibobolkan dan tidak boleh di kelem/diari lagi karena kelak akan membahayakan anak cucu. Setelah jenazah Pangeran Gencay di temukan lalu dibawa ke satu tempat yang bernama "Munjul Bangke" (Muncul=tempat yang menonjol. Bangke=Bangkai).

Waduk Darma dikelilingi bukit-bukit kecil yang menawan. Keindahannya bak perawan yang rupawan. Pesonanya menebar, ditambah hawa udara kawasan Kuningan yang sejuk dan bersih. Di tengah waduk terdapat beberapa pulau kecil. Tak jarang orang ingin berlayar dan sekadar menginjakkan kakinya di pulau itu. Ada tiga pulau yang berada di tengah waduk. Masing-masing bernama Nusa Laja yang punya luas sekitar 1,5 ha. Lalu Nusa Sireum dengan luas mencapai 1 ha. Dan ketiga Nusa Goong yang arealnya kira-kira 2 ha. Nama-nama pulau itu memang terdengar janggal. Tapi begitulah, sebab nama-nama itu diambil dari fenomena alam masing-masing pulau. Nama Nusa Goong misalnya diberikan karena pada jaman dulu, orang-orang sekitar Waduk Darma sering mendengar suara Goong (gong), yakni alat musik tradisional pelengkap seni gamelan hanya saja siapa orang yang menabuh gong di pulau itu tak seorangpun ada yang tahu. Diperkirakan penabuh gong itu sebangsa lelembut yang menghuni pulau itu. Begitu pula nama Nusa Sireum, konon dinamai itu karena pulau tersebut ukurannya kecil bagaikan semut (sireum) dan juga kabarnya, di sana terdapat kerajaan semut.

Waduk Darma menjadi salah satu pusat kegiatan para wali pada saat itu, sehingga tidak sedikit para ulama berdatangan, konon datanglah seorang ulama dari Indramayu, beliau meramalkan bahwa Desa Darma kelak akan kedatangan seorang Kyai dari arah timur laut dan Kyai tersebut akan memakmurkan Agama Islam di Desa Darma. Sebelum ulama tersebut meninggalkan Desa Darma dan kembali ke Indramayu. Beliau sempat memberi nama Desa Darma (kata Darma berasal dari "Daru ma'i" yang artinya Negara/tempat air), karena Desa Darma sangat subur dengan mata air atau mungkin kata Darma merupakan penggalan dari kata Darma Ayu karena yang memberi nama Darma berasal dari Dermayu/Indramayu. Selanjutnya Syeh Datuk Kaliputah menjadi Pemimpin Pertama (Kuwu) di Desa Darma diperkirakan tahun 1732 M.

IklanAsiN - ProductioN

Selasa, 03 Desember 2013

Sejarah Daerah Awirarangan di Kuningan

Sejarah Daerah Awirarangan
Banyak orang yang memprediksikan bahwa daerah Awirarangan itu berasal dari kata Awirangrangan, namun prediksi itu salah. Awirarangan berasal dari kata Wi dan Larangan. Kata Wi yang berarti Wiwitan (permulaan atau awal) dan kata Larangan yang berarti cegahan atau pantangan. Jadi, di daerah Awirarangan itu banyak sekali larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan, seperti bersiul, meniup seruling, makan sambil jongkok, mengadakan pertunjukan wayang golek dan lain-lain. Apabila warga Awirarangan itu sendiri melanggar larangan-larangan tersebut maka ada berdampak negatif bagi yang melanggarnya.

Menurut cerita, Awirarangan dibuka oleh para Abdi Dalem Prabu Siliwangi yang diantaranya yaitu Eyang Weri Kusuma, Buyut Kentuy, Karanginan, Karang Asem, Singa Merta, Singa Dinata, Buyut Kenayu, Buyut Empang, Eyang Tarik Kolot. Dan yang sekarang kuburan dari merekapun ada yang sebagian berada di wilayah Awirarangan.

Dulu daerah Awirarangan merupakan hutan belantara, dari hutan belantara itu terbentuk perkampungan terpencil yang sedikit-sedikit berubah menjadi pemukiman warga. Untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat atau warganya maka dibentuk sawah, ladang dan perkebunan. Dulu Awirarangan merupakan bagian dari desa Kuningan dan statusnya sebagai kampung atau dusun.

Daerah Awirarangan mengalami 4 kali perubahan batasan wilayah. Yang pertama batasan wilayah Awirarangan yaitu:
Barat : Jalan Siliwangi   
Utara : Lingkungan stadion
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Winduhaji
Selatan : Lebak Cangkuang

Pada perubahan kedua batasan wilayah Awirarangan jadi menyempit, batas wilayah tersebut yaitu:
Barat : Jalur Pasar Kepuh
Utara : Lebak Kardin
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Winduhaji
Selatan : Lebak Cangkuang

Pada perubahan ketiga batasan wilayah Awirarangan semakin menyempit dengan batas wilayah yaitu:
Barat : Jalan Ir. H. Juanda
Utara : Lebak Kardin
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Winduhaji
Selatan : Jl. Sudirman (Serang)

Pada perubahan batasan wilayah yang ketiga, Bojong masuk ke Kampung Cangkuang. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan penduduk, Awirarangan dipisahkan dari Kelurahan Kuningan mulai tanggal 7 Maret 2001 dan Awirarangan menjadi sebuah Kelurahan dengan batas Wilayah:
Barat : Jl. Ir. H. Juanda
Utara : Lebak Kardin
Timur : Berbatasan dengan Winduhaji
Selatan : Bojong (yang kembali masuk ke daerah Awirarangan dan dilepas dari Kampung Cangkuang)

Adat Istiadat Daerah Awirarangan
Dalam perkembangannya Awirarangan termasuk daerah perkotaan sehingga adat yang dimiliki oleh daerah Awirarangannya sendiri sudah mulai terkikis dengan perkembangan zaman dan akibat pengaruh globalisasi kependudukan, sehingga adat istiadat yang sekarang sudah tercampur. Apalagi ada diantaranya yang sudah menghilang dan tidak dikenal lagi oleh generasi-generasi muda sekarang. Adapun adat istiadat Awirarangan yang sudah menghilang diantaranya adalah:
1. Sabumi atau Hajat Sura
Sabumi atau Hajat Sura yaitu berdoa bersama di tanah lapang atau di tempat terbuka untuk memohon  keselamatan. Sabumi atau Hajat Sura ini selalu diadakan setiap menjelang bulan Sura atau Muharram. Sekarang adat istiadat ini sudah tidak dikenal oleh generasi-generasi muda, namun  hanya orang tua terdahulu yang masih melakukan adat istiadat ini.

2. Ngujuban atau Hajat Kliwon
Ngujuban atau Hajat Kliwon merupakan permohonan doa oleh pribadi seseorang atau keluarga tertentu yang dilakukan setiap malam jumat kliwon. Selain doa yang dipanjatkan ada juga sesajen yang disediakan untuk dinikmati oleh keluarganya sendiri setelah acara ngujuban itu selesai. Sekarang adat istiadat ini sudah tidak dikenal oleh generasi-generasi muda, namun  hanya orang tua terdahulu yang masih melakukan adat istiadat ini dan orang-orang yang masih memegang kepercayaan tersebut.

3. Muput atau Nebus Weteng
Muput atau Nebus Weteng yaitu pengasapan bagi wanita yang baru melahirkan.

4. Busaran
Busaran yaitu meratakan gigi dengan alat-alat tertentu.

5. Memeongan
Memeongan merupakan adat istiadat yang dilakukan apabila ada seorang adik yang melangkahi kakaknya untuk menikah duluan di dalam satu keluarga.

6. Bobotan
Bobotan dilakukan kepada bayi yang lahir di bulan Safar. Proses bobotan sama seperti proses pertimbangan berat badan bayi, tetapi bobotan ini penimbangan bayi beserta harta benda orang tua. Semakin berat badan bayi semakin banyak pula harta benda yang harus dikeluarkan. Biasanya hasil dari bobotan tersebut akan di sedekahkan kepada fakir miskin dengan tujuan menghilangkan bala bagi si bayi yang baru dilahirkan.

Adapun adat istiadat Awirarangan yang masih ada sampai sekarang diantaranya adalah:
- Babarit 
- Nyungsung, nyungsung merupakan persembahan sesajen ke tempat keramat oleh warga yang akan melaksanakan hajat.
- Rendengan Pengantin, rendengan pengantin merupakan prosesi adat pengantin.
- Ngabarangsang,ngabarangsang yaitu membakar cabe dan garam bagi mereka yang akan melaksanakan hajat.

Adat istiadat yang dimiliki daerah Awirarangan dulu lebih banyak dibandingkan dengan adat istiadat yang masih ada sekarang ini.

IklanAsiN - ProductioN

Bangunan SMPN 1 Kuningan Akan Dijadikan Museum

Saat ini isu yang terdengar nyaring di Kabupaten Kuningan adalah adanya perpindahan sekolah favorit ke jalan baru lingkar utara, yaitu SDN 1/SDN 7 Kuningan  dan SMPN 1 Kuningan. SDN 1/SDN 7 Kuningan karena lokasinya di pusat kota dan sangat berdekatan dengan pusat perbelanjaan, agar lebih nyaman dari kebisingan pusat kota maka akan direlokasi ke tempat yang lebih nyaman. SMPN 1 Kuningan dengan ditemukannya bunker bekas penjajah (Belanda/Jepang) di bawah ruangan guru dan lokasinya kurang luas maka akan di relokasi ke lokasi yang strategis, luas, dan nyaman. Hal ini terkait SMPN 1 Kuningan berstatus RSBI jadi harus memenuhi kriteria luas area sekolah.

Relokasi (RSBI) SMPN 1 Kuningan lebih santer daripada SDN 1/SDN 7 Kuningan, karena bangunan SMP Negeri 1 Kuningan memiliki fakta sejarah yang kuat. Sejak berdirinya bangunan SMPN 1 Kuningan sampai sekarang tidak ada pemugaran karena sudah masuk pada bangunan cagar budaya. Menurut catatan sejarah berdirinya SMPN 1 Kuningan sebagai berikut:

Periode I : Tahun 1918
Bukti Dokumen Egendom Nomor: 5238 Tahun 1928 Sr. Ukur No. 15 Tanggal 26 Februari 1938. Berdasarkan bukti inilah maka SMPN 1 Kuningan didirikan pada tahun 1918.

Periode II : Tahun 1951
Bukti Surat Putusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI Nomor: 2160/BIP tanggal 23 Juli 1951. Berdasarkan bukti inilah, maka SMPN 1 Kuningan mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1951 dengan Kepala Sekolah pertama adalah Bapak Setia Miharja.

Periode III : Tahun 2004
Bukti Surat Keputusan Direktur Pembinaan SMP Dirjenmandikdasmen Depdiknas Nomor: 867a/C3/KEP/2006 tanggal 13 Juni 2006. Berdasarkan bukti inilah, maka SMPN 1 Kuningan ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) di Kabupaten Kuningan.

Periode IV : Tahun 2008
Bukti Surat Keputusan Direktur Pembinaan SMP Dirjenmandikdasmen Depdiknas Nomor: 230/C3/KEP/2008 tanggal 8 Februari 2008. Berdasarkan bukti inilah, maka SMPN 1 Kuningan memasuki periode baru sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pertama di Kabupaten Kuningan.

Pada periode terakhir ini, sebagai RSBI pertama di Kabupaten Kuningan, SMPN 1 Kuningan telah sedang dan terus melakukan upaya peningkatan serta pengembangan mutu pendidikan terhadap pelayanan prima bagi peserta didik, orangtua dan masyarakat. Diantaranya sumber daya manusia, teknologi dan manajemen. Semoga dengan adanya upaya ini, SMPN 1 Kuningan terus dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan di Kabupaten Kuningan serta kehadirannya akan tetap menjadi kebanggaan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten Kuningan.

Dengan adanya beberapa bukti diatas dapat terlihat bangunan Aula SMPN 1 Kuningan masih kokoh sampai sekarang, hanya ada perubahan di pintu gerbang yang dipindahkan menjadi dua bagian, yaitu ke sebelah utara dan selatan. Tampak terlihat dengan jelas di belakang aula tidak ada bangunan, bangunan kelas adanya di sebelah kiri dan kanan aula. Sedangkan ruang guru yang sekarang adanya di belakang bangunan aula.

Karena ruang guru yang sekarang termasuk bangunan baru, ketika di renovasi ditemukan ruang seperti bunker persis di bawah bangunan ruang guru. Bunker pertama ditemukan oleh tukang gali bangunan, hari Sabtu (30/7/2011), sewaktu akan memasang cakar ayam telah ditemukan adanya bangunan yang sangat keras dalam ruang guru di bagian belakang. Seteleh dijebol ternyata ada ruang bawah tanah setinggi 2 m. Kemudian pada tanggal 2 Agustus 2011 telah ditemukan lagi dengan adanya 3 ruangan besar dan ada pintu-pintunya. Penggalian dihentikan karena akan diselidiki oleh pihak yang berwenang (masih menunggu keputusan Balai Arkeologi melalui Pemda Kuningan), untuk dipastikan bahwa bunker tersebut memiliki fakta sejarah yang kuat.

Besi beton yang  digunakan cukup besar, melebihi ibu jari. Dari bunker 1, terus ke timur masuk bunker 2, lalu ke timur lagi masuk bunker 3, tetapi masih banyak lumpur dan semua dindingnya berlapis beton kokoh. Di bagian atas isi bunker ke 2 lumpurnya setinggi 30 cm, setelah dikuras ternyata masih banyak jalan atau lorong.

Dengan ditemukannya bunker-bunker tersebut, direncanakan bangunan SMPN 1 Kuningan akan dijadikan museum (museum perjuangan masyarakat) atau tempat wisata sejarah di Jawa Barat. Secara otomatis bangunan SMPN 1 Kuningan di rencanakan akan direlokasi ke jalan baru lingkar utara. Dengan direlokasinya ketiga sekolah (pendidikan dasar) favorit di kota Kuningan ke jalan baru, maka akses jalan baru akan semakin ramai dan kota Kuningan semakin lebar.

Kapankah relokasi ketiga sekolah tersebut? Jawabannya masih dalam tahap rencana.
Mengapa direlokasi? Jawabannya (mungkin) untuk lebih nyaman dan ideal untuk lokasi pendidikan dan (mungkin) untuk menghilangkan kemacetan di pusat kota, semoga pembangunan kota Kuningan semakin tertata rapi dan masyakatpun meningkat dalam kesejahteraannya.

IklanAsiN - ProductioN

Wisata Cibulan di Kuningan

Kabupaten Kuningan yang terletak di barat daya Gunung Ciremai, memiliki banyak obyek wisata. Mulai dari wisata alam, sejarah dan wisata budaya. Salah satu obyek wisata unggulannya adalah kolam pemandian Cibulan. Kolam itu terletak di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, atau sekitar tujuh kilometer dari Kota Kuningan. Obyek wisata Cibulan merupakan salah satu obyek wisata tertua di Kabupaten Kuningan. Diresmikan pada 27 Agustus 1939 oleh Bupati Kuningan yang saat itu dijabat oleh, R.A.A. Mohamand Achmad.

Mandi bersama Ikan Dewa, Kuningan.
Kuningan, disaat langit cerah, pemandangan indah dengan latar belakang gunung yang menjulang tinggi. Terletak di belahan barat daya kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat. Gunung api tersebut sudah 56 tahun istirahat dalam status aktif normal. Setiap tahunnya tak pernah kurang dikunjungi puluhan ribu pendaki.

Di wilayah Kecamatan Cilimus, wisatawan bisa melepas lelah di objek wisata Sangkan Hurip Alami, sebuah tempat rekreasi dengan pemandian air panas alami beryodium. Di sekitarnya juga tersedia hotel yang di setiap kamarnya difasilitasi air panas. Di Grage Sangkan dan Tirta Sanita, kawasan Sangkan Hurip, terdapat fasilitas untuk terapi kebugaran Sante Par Aqua.

Masih di sekitar kaki Gunung Ciremai, wisatawan dapat menyaksikan kolam-kolam berisi ikan kancra bodas. Jenis ikan langka yang disebut-sebut sebagai ikan keramat atau ikan dewa. Ikan-ikan tersebut terdapat di kolam renang Cibulan, kolam renang Cigugur dan di objek wisata Balong Keramat Darmaloka. Ketiga lokasi wisata itu sangat mudah dicapai dan sangat berdekatan dengan lintasan jalan raya Cirebon-Ciamis.

Khusus Cibulan kita berenang bersama ikan-ikan besar yang jinak di kolam renang alam yang airnya sangat jernih, sejernih aqua. Sungguh keunikan ini tidak ditemui ditempat lain. Anak-anak pasti senang mendapatkan pengalaman baru disini, mandi bersama ikan Dewa.

Masih ditempat yang sama, ada 7 mata air yang diyakini oleh mitos setempat memiliki nilai-nilai supranatural. Biasanya untuk bisa masuk ke obyek wisata Cibulan, terlebih dahulu para wisatawan harus membeli tiket. Untuk harga tiket bagi anak-anak dikenakan Rp 1.000 per orang, sedangkan untuk orang dewasa Rp 2.000 per orang. Obyek wisata pemandian Cibulan sendiri dikelola oleh Pemerintah Desa Manis Kidul. Biasanya selalu ramai dikunjungi para wisatawan pada hari Minggu atau hari libur.

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Cibulan biasanya bersama keluarga untuk mengisi hari libur sambil berenang. Terdapat dua kolam besar yang berbentuk persegi panjang. Adapun ukuran kolam yang pertama berukuran 35 X 15 meter persegi dengan kedalaman dua meter. Sedangkan untuk kolam yang kedua berukuran 45 X 15 meter persegi yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama berkedalaman 60 sentimeter, sedangkan untuk bagian yang kedua berkedalaman 120 sentimeter.

Tersedia fasilitas buat para pengunjung yang cukup lengkap. Tempat ganti pakaian, kamar kecil, kamar mandi, tempat bilas seusai berenang, musholla serta penyewaan ban karet. Tidak hanya itu, para pengunjung juga dapat menikmati puluhan ikan yang berwarna abu-abu kehitaman, atau yang lebih dikenal ikan Kancra Bodas (Ikan Dewa) di dalam kolam tersebut.

Konon menurut cerita masyarakat Desa Manis Kidul, Kuningan. Ikan tersebut merupakan ikan yang dahulunya adalah para prajurit-prajurit yang membangkang pada masa Kerajaan Padjajaran. Kemudian dikutuk oleh Prabu Siliwangi menjadi ikan. Sampai sekarang ikan tersebut dipercaya oleh masyarakat Desa Manis Kidul sebagai ikan keramat yang mempunyai keistimewaan tertentu.

Namun terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, khususnya bagi masyarakat Kuningan, sampai saat ini tidak ada yang berani mengambilnya. Ada kepercayaan bahwa barang siapa yang berani mengambil dan mengganggu ikan-ikan tersebut akan mendapatkan kemalangan.

Selain kolam dengan ikan Kancra Bodas, terdapat tujuh sumber mata air yang dikeramatkan. Tujuh mata air ini terdiri dari kolam-kolam kecil yang masing-masing mempunyai nama tersendiri. Sumur satu, Kejayaan; sumur dua, Kemuliaan; sumur tiga, Pengabulan; sumur empat, Cirancana; sumur lima, Cisadane; sumur enam Kemudahan, serta sumur tujuh, Keselamatan.

Di antara ketujuh sumur itu, konon dari salah satu sumur yang bernama Cirancana terdapat kepiting emas. Apabila ada orang yang sedang mujur dan dapat melihat wujud dari kepiting emas tersebut, maka segala keinginannya akan terkabul.

Selain terdapat tujuh sumber mata air, juga terdapat sebuah petilasan yang letaknya dikelilingi oleh ketujuh sumber mata air tersebut. Konon menurut cerita, petilasan tersebut merupakan petilasan Prabu Siliwangi. Petilasan berupa susunan batu menhir dan dua patung harimau. Tujuh sumur dan petilasan Prabu Siliwangi sering dikunjungi orang untuk berziarah, terutama pada malam Jumat Kliwon atau selama bulan Maulud dalam penanggalan Hijriah.

IklanAsiN - ProductioN