Maraknya
pencarian harta karun di negeri ini rupanya tidak pernah surut. Pergerakan
dari Peminat harta tersebut walau tidak secara terang-terangan terpublikasikan oleh media massa, informasi dari mulut ke mulut
akhirnya tersebar pula mencuat kepermukaan. Dari cerita yang menjalar,
sudah cukup mengindikasikan bahwa, orang yang ingin mendapatkan harta
karun masih banyak berkeliaran. Mereka berpetualang dalam satu kelompok
ataupun perorangan menuju tempat-tempat atau orang yang sekiranya
memiliki sesuatu yang dianggap harta karun; emas batangan, mata uang zaman dulu, batu antik, batu giok, bambu petuk (ruas bambu susun
terbalik), bunga bambu, batik antik zaman dulu (zaman kerajaan), pedang
pusaka, dll.
Seorang maniak harta-karun mengatakan bahwa, kalau kita berani meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam beberapa saat untuk mentafakuri alam, ternyata, di setiap tempat "harta-pusaka" yang istimewa itu ada. Termasuk di Waduk Darma dan sekitarnya, tempat-tempat yang erat kaitannya dengan sejarah Darma, Darmaloka, Kuwu Darma Pertama adalah Dalem Cageur, Pangeran Gencay (Korban Pertama perairan Waduk Darma di malam purnama) beberapa ratus tahun silam, tentu sangat banyak menyimpan harta-karunnya.
Pengertian harta-karun ternyata berbeda-beda dan sangatlah pribadi sifatnya, tergantung kepada siapa yang memiliki atau menggandrunginya. Selanjutnya soal "harta-karun" yang di maksud bisa jadi mahal dan bisa jadi tidak ada nilai apa-apanya bila disandarkan kepada siapa yang menilainya. Harta-karun bisa di istilahkan kepada benda khusus yang di miliki seseorang dan sebutan istimewa terhadap barang itupun hanya oleh orang yang memilikinya serta kelompok tertentu saja.
Mahal dalam harga tergantung seberapa besar perasaan orang mengultuskan benda tersebut dan bahkan orang yang menganggap harta-karun pada "sesuatu" yang di milikinya terkadang suka di katakan orang bodoh oleh orang lain yang tidak tahu sejarah atau manfaat dari benda yang di sebut "harta-karun" itu. Contoh kasus, mari kita ambil dari seorang anak kecil, topi dan cokelat. Bagi orang lain, makanan cokelat kemasan istimewa jika dilihat dari nilai uang tentunya lebih mahal dan pada umumnya sangat di senangi anak-anak, sedangkan topi butut yang dekil merupakan barang yang murah. Namun bagi si anak, topi hasil rajutan ibunya dan sejarah yang terkait dengan topi tersebut merupakan sesuatu yang mahal tak ternilai harganya sampai-sampai anak tersebut mempertahankan topi dan tidak mau ditukar dengan cokelat.
Kesimpulan tentang pengertian "harta-karun" untuk sementara ini, mari kita sepakati bahwa harta tersebut merupakan suatu barang atau benda yang sangat mahal hingga tak ternilai harganya, khusus bagi pribadi seseorang atau kelompok yang memiliki dan atau bagi orang yang sama-sama menyenanginya. Kecuali orang-orang tersebut dalam kelompok maniak harta-karun, tak ada lagi istilah yang harus di kultuskan melainkan hanya satu Dzat, yaitu Dzat Maha Pencipta, Pencipta Alam Semesta dan seisinya yang pantas dikultuskan. Kita boleh cinta sesuatu yang dianggap harta-karun dan segala keindahan serta kelebihannya, namun jangan sampai membelokkan kita dari kecintaan dan kewajiban selaku makhluk terhadap Kholiq-Nya.
Harta-karun Penghias Waduk Darma yang telah banyak memberikan manfaat sebagai jalan lancarnya rezeki bagi kelompok tertentu sudah ada sebelum Waduk terbentuk. Gudang harta-karun dimaksud adalah Gunung Gegerbeas (Gunung Pabeasan). Bagi Kelompok Fotografer Wisata, Gunung Gegerbeas merupakan Gunung harta karun. Karena keberadaan Gunung tersebut, banyak pengunjung wisata Waduk Darma telah mengabadikan kunjungannya dengan latar belakang panorama alam yang banyak kemiripan dengan tempat wisata lain, katanya. Bahkan ada beberapa kelompok pengunjung yang berhasil mengabadikan kenangan berlatar belakang pemandangan Gunung Gegerbeas dalam cetakan fotonya ingin di imbuhi keterangan dengan nama lokasi wisata lain, menggantikan kalimat Kawasan Wisata Waduk Darma yang sudah menjadi keterangan baku versi Fotografer Wisata Darma.
Kecuali Fotografer Wisata Waduk Darma, Pemilik tanah di Gunung Gegerbeas merupakan orang yang bisa dibilang mumpuni dengan harta karun karena berdirinya Gunung tersebut seolah-olah terbentuk dari susunan lempeng bebatuan hasil karya manusia yang cukup produktif dan berdaya jual tinggi. Bebatuan yang tersusun menggunung di Gunung Gegerbeas ibarat candi tertimbun tanah. Namun kalau batu-batu tersebut digali, diangkat dan dijual, apa yang bakal terjadi di kemudian hari? Tentunya bencana alam akan menimpa. Angin barat yang dahsyat bakal leluasa tanpa adanya penghalang lagi. Sumber air pun akan jadi musnah, dan begitu pula keindahan alam yang menjadi dambaan bakal menghilang. Harta karun penghias Waduk Darma memang bisa dinikmati dan senantiasa bermanfaat untuk lingkungan jika keberadaannya tetap lestari, utuh tidak terusik, menjulang indah di sebelah timur hamparan perairan Waduk Darma.
Seorang maniak harta-karun mengatakan bahwa, kalau kita berani meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam beberapa saat untuk mentafakuri alam, ternyata, di setiap tempat "harta-pusaka" yang istimewa itu ada. Termasuk di Waduk Darma dan sekitarnya, tempat-tempat yang erat kaitannya dengan sejarah Darma, Darmaloka, Kuwu Darma Pertama adalah Dalem Cageur, Pangeran Gencay (Korban Pertama perairan Waduk Darma di malam purnama) beberapa ratus tahun silam, tentu sangat banyak menyimpan harta-karunnya.
Pengertian harta-karun ternyata berbeda-beda dan sangatlah pribadi sifatnya, tergantung kepada siapa yang memiliki atau menggandrunginya. Selanjutnya soal "harta-karun" yang di maksud bisa jadi mahal dan bisa jadi tidak ada nilai apa-apanya bila disandarkan kepada siapa yang menilainya. Harta-karun bisa di istilahkan kepada benda khusus yang di miliki seseorang dan sebutan istimewa terhadap barang itupun hanya oleh orang yang memilikinya serta kelompok tertentu saja.
Mahal dalam harga tergantung seberapa besar perasaan orang mengultuskan benda tersebut dan bahkan orang yang menganggap harta-karun pada "sesuatu" yang di milikinya terkadang suka di katakan orang bodoh oleh orang lain yang tidak tahu sejarah atau manfaat dari benda yang di sebut "harta-karun" itu. Contoh kasus, mari kita ambil dari seorang anak kecil, topi dan cokelat. Bagi orang lain, makanan cokelat kemasan istimewa jika dilihat dari nilai uang tentunya lebih mahal dan pada umumnya sangat di senangi anak-anak, sedangkan topi butut yang dekil merupakan barang yang murah. Namun bagi si anak, topi hasil rajutan ibunya dan sejarah yang terkait dengan topi tersebut merupakan sesuatu yang mahal tak ternilai harganya sampai-sampai anak tersebut mempertahankan topi dan tidak mau ditukar dengan cokelat.
Kesimpulan tentang pengertian "harta-karun" untuk sementara ini, mari kita sepakati bahwa harta tersebut merupakan suatu barang atau benda yang sangat mahal hingga tak ternilai harganya, khusus bagi pribadi seseorang atau kelompok yang memiliki dan atau bagi orang yang sama-sama menyenanginya. Kecuali orang-orang tersebut dalam kelompok maniak harta-karun, tak ada lagi istilah yang harus di kultuskan melainkan hanya satu Dzat, yaitu Dzat Maha Pencipta, Pencipta Alam Semesta dan seisinya yang pantas dikultuskan. Kita boleh cinta sesuatu yang dianggap harta-karun dan segala keindahan serta kelebihannya, namun jangan sampai membelokkan kita dari kecintaan dan kewajiban selaku makhluk terhadap Kholiq-Nya.
Harta-karun Penghias Waduk Darma yang telah banyak memberikan manfaat sebagai jalan lancarnya rezeki bagi kelompok tertentu sudah ada sebelum Waduk terbentuk. Gudang harta-karun dimaksud adalah Gunung Gegerbeas (Gunung Pabeasan). Bagi Kelompok Fotografer Wisata, Gunung Gegerbeas merupakan Gunung harta karun. Karena keberadaan Gunung tersebut, banyak pengunjung wisata Waduk Darma telah mengabadikan kunjungannya dengan latar belakang panorama alam yang banyak kemiripan dengan tempat wisata lain, katanya. Bahkan ada beberapa kelompok pengunjung yang berhasil mengabadikan kenangan berlatar belakang pemandangan Gunung Gegerbeas dalam cetakan fotonya ingin di imbuhi keterangan dengan nama lokasi wisata lain, menggantikan kalimat Kawasan Wisata Waduk Darma yang sudah menjadi keterangan baku versi Fotografer Wisata Darma.
Kecuali Fotografer Wisata Waduk Darma, Pemilik tanah di Gunung Gegerbeas merupakan orang yang bisa dibilang mumpuni dengan harta karun karena berdirinya Gunung tersebut seolah-olah terbentuk dari susunan lempeng bebatuan hasil karya manusia yang cukup produktif dan berdaya jual tinggi. Bebatuan yang tersusun menggunung di Gunung Gegerbeas ibarat candi tertimbun tanah. Namun kalau batu-batu tersebut digali, diangkat dan dijual, apa yang bakal terjadi di kemudian hari? Tentunya bencana alam akan menimpa. Angin barat yang dahsyat bakal leluasa tanpa adanya penghalang lagi. Sumber air pun akan jadi musnah, dan begitu pula keindahan alam yang menjadi dambaan bakal menghilang. Harta karun penghias Waduk Darma memang bisa dinikmati dan senantiasa bermanfaat untuk lingkungan jika keberadaannya tetap lestari, utuh tidak terusik, menjulang indah di sebelah timur hamparan perairan Waduk Darma.
IklanAsiN - ProductioN